Ravichandran Ashwin pemain kriket serba bisa dan legenda bagi tim India, telah memberikan pandangan yang tajam mengenai potensi pengembalian aturan Right to Match (RTM) dalam lelang IPL untuk musim 2025.
Ashwin menyuarakan pendapatnya melalui saluran YouTube-nya, di mana dia mengkritik aturan tersebut yang dianggapnya sangat tidak adil bagi para pemain. Dalam diskusinya, Ashwin menjelaskan bagaimana RTM dapat merugikan pemain dan menciptakan ketidakadilan dalam proses lelang. Berikut ini SPORT INLAW akan membahas sedikit tentang
Apa Itu Aturan Right to Match?
Aturan Right to Match membolehkan tim untuk mengklaim pemain yang telah mereka lepas dengan mencocokkan tawaran tertinggi yang dikemukakan oleh tim lain. Meskipun ini sebelumnya digunakan untuk menjaga pemain bernilai tinggi dalam tim asalnya. Aturan ini dihapuskan menjelang lelang mega IPL tahun 2021 guna memberi peluang kepada tim baru, seperti Gujarat Titans dan Lucknow Super Giants, untuk memilih dari kumpulan pemain yang lebih besar.
Kritik Ashwin Terhadap Aturan RTM
Dalam video tersebut, Ashwin menjelaskan betapa RTM dapat menghancurkan nilai pasar pemain. Dia berargumen bahwa ketika seorang pemain diminati dan tawarannya naik, tim asalnya hanya perlu mencocokkan tawaran tertinggi tanpa berkontribusi terhadap peningkatan nilai tersebut. Dengan demikian, pemain tersebut tidak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi haknya, yaitu nilai pasar yang adil.
Baca Juga: Jadwal Lengkap MotoGP 2024
Contoh Praktis Yang Diberikan Ashwin
Ashwin memberikan contoh konkret untuk menggambarkan ketidakadilan tersebut. Dia menjelaskan situasi di mana seorang pemain yang memiliki nilai sekitar ₹5-6 crore, masuk ke dalam lelang. Jika timnya, misalnya Sunrisers, ingin merebut kembali pemain tersebut, mereka hanya perlu menawar pada harga dasar yang jauh lebih rendah. Bila kemudian bid untuk pemain tersebut mencapai ₹6 crore dari tim lain, Sunrisers bisa mengklaim pemain tersebut kembali dengan mencocokkan tawaran itu.
Implikasi Bagi Pemain dan Tim
Masalah dengan RTM, menurut Ashwin, adalah bahwa meskipun tim asal seperti Sunrisers mungkin merasa puas. Tim lain seperti KKR atau Mumbai Indians pasti merasa dirugikan. Dalam situasi di atas, hanya Sunrisers yang merasa diuntungkan, sementara pemain dan tim lain kehilangan kesempatan mendapatkan nilai yang pantas. Ashwin menegaskan bahwa keadaan ini menciptakan ketidakseimbangan dalam lelang dan merusak integritas sistem secara keseluruhan.
Proses Diskusi Oleh BCCI
Dalam beberapa pertemuan yang dilakukan oleh BCCI. Termasuk sesi dialog konstruktif dengan pemilik franchise IPL, RTM menjadi salah satu topik utama yang dibahas. Selain itu, isu mengenai batas jumlah pemain yang bisa dipertahankan dan kemungkinan untuk mengadakan lelang mega setiap lima tahun juga menjadi sorotan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada kritik, diskusi mengenai RTM terus berlanjut dan kemungkinan untuk mengembalikan aturan tersebut masih ada.
Kesimpulan
Sikap Ravichandran Ashwin terhadap potensi pengembalian aturan RTM menjelang musim IPL 2025 mencerminkan ketidakpuasan luas di kalangan pemain tentang bagaimana nilai mereka dihargai dalam lelang. Bagi Ashwin. Keadilan harus menjadi landasan utama dalam dunia kriket profesional. Sebagai salah satu suara terkemuka dalam olahraga. Kritiknya menekankan perlunya reformasi dalam sistem lelang IPL untuk menjaga integritas dan adil bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat. Dengan perdebatan yang masih berlangsung, sangat menarik untuk melihat bagaimana BCCI akan merespons masukan dari pemain dan pemilik franchise ketika mereka menyusun aturan untuk masa depan IPL. Buat kalian yang ingin mencari informasi tentang berita dan Olahraga Sports lainnya, kalian bisa kunjungi kami di shotsgoal.com.