Transfer Ivan Rakitic ke Sunderland pada tahun 2011 senilai Rp8 miliar adalah sebuah kisah unik yang berujung pada penyesalan bagi klub asal Inggris tersebut.
Gelandang Kroasia itu hampir bergabung dengan Sunderland dengan harga yang sangat terjangkau saat kontraknya di Schalke 04 menyisakan enam bulan. SPORT INLAW, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.
Rencana Transfer Murah ke Sunderland yang Gagal
Januari 2011 menjadi titik balik dalam perjalanan karier Ivan Rakitic. Kontraknya bersama Schalke 04 tinggal enam bulan lagi, sehingga pihak klub dan pemain membuka peluang untuk melakukan transfer. Sunderland, klub Premier League yang saat itu tengah berusaha memperkuat skuad, menunjukkan minat besar terhadap Rakitic.
Menurut laporan dari tim scouting Sunderland yang dipimpin Ian Atkins, mereka telah menyiapkan rencana matang untuk mendatangkan Rakitic dengan biaya yang sangat terjangkau. Mereka memperkirakan bisa mendapatkan sang pemain dengan biaya sekitar £380 ribu atau setara sekitar Rp8 miliar saat itu.
Angka ini sangat murah jika dibandingkan dengan nilai pasar pemain saat ini dan potensi yang dimilikinya. Jika transfer ini berhasil, Sunderland akan mendapatkan pemain berkualitas tinggi tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Peluang ini menjadi sangat menarik, apalagi mengingat kondisi keuangan klub yang mungkin tidak terlalu kuat.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Keputusan Schalke dan Kepindahan ke Sevilla
Ketidakpastian dari Sunderland memberi tekanan kepada Schalke 04 untuk mengambil keputusan cepat. Klub Jerman ini tidak ingin kehilangan Rakitic secara gratis saat kontraknya berakhir. Akhirnya, Schalke memutuskan untuk menjual sang pemain ke Sevilla dengan harga sekitar £2 juta, atau sekitar Rp44 miliar saat itu.
Keputusan ini menjadi titik balik dalam perjalanan Rakitic, karena kepindahan ke Sevilla membuka peluang besar baginya. Di klub Andalusia tersebut, pemain muda berbakat ini mulai menunjukkan kualitas terbaiknya dan menjadi tulang punggung lini tengah tim. Ia membantu Sevilla meraih gelar Liga Europa yang menjadi prestasi besar bagi klub dan pemainnya.
Perpindahan ke Sevilla menandai langkah awal menuju puncak karier Rakitic. Ia menjadi pemain kunci yang mampu mengendalikan permainan dan memberi stabilitas di lini tengah, yang kemudian menarik perhatian klub-klub besar Eropa. Keputusan Schalke untuk menjualnya dengan harga terjangkau menjadi salah satu langkah terbaik yang pernah diambil klub tersebut.
Baca Juga: Kebangkitan Spektakuler Mirra Andreeva di Wimbledon 2025
Masa Keemasan di Barcelona dan Prestasi Gemilang
Kinerja impresif Rakitic di Sevilla menarik perhatian Barcelona, yang kemudian memutuskan untuk memboyongnya ke Camp Nou. Transfer ini menjadi titik awal dari periode paling gemilang dalam karier sang gelandang. Di Barcelona, Rakitic semakin menunjukkan kualitas terbaiknya dan berperan penting dalam berbagai keberhasilan klub.
Selama di Barcelona, Rakitic membantu tim meraih berbagai trofi bergengsi, termasuk satu gelar Liga Champions, empat gelar La Liga, dan sejumlah piala domestik lainnya. Ia dikenal sebagai pemain yang mampu menjaga kestabilan permainan dan memberikan opsi serangan dari lini tengah. Keberhasilannya di klub ini menjadikannya salah satu gelandang terbaik generasinya.
Masa-masa di Barcelona bukan hanya soal trofi, tetapi juga tentang pengakuan internasional terhadap kualitas dan dedikasi Rakitic. Ia menjadi simbol kekuatan dan ketangguhan di lapangan, serta membuktikan bahwa peluang besar yang terlewatkan bisa digantikan dengan kerja keras dan konsistensi.
Refleksi Ian Atkins dan Kesempatan yang Hilang
Ian Atkins, mantan kepala scouting Sunderland yang hampir mendatangkan Rakitic, kemudian mengungkapkan penyesalannya setelah melihat kesuksesan pemain tersebut di klub lain. Dalam refleksi pribadinya, Atkins menyatakan bahwa kegagalan merekrut Rakitic adalah salah satu keputusan terbesar yang pernah diambilnya selama berkarier di dunia sepak bola.
Atkins mengakui bahwa jika Sunderland berhasil mengamankan Rakitic dengan biaya sangat murah, dampaknya terhadap klub bisa sangat besar. Ia menyesal karena klub tidak mampu memanfaatkan peluang emas tersebut, dan akibatnya, Sunderland mulai berbelanja pemain secara tidak efisien setelah kepergian dirinya.
Keputusan tersebut, menurutnya, turut berkontribusi pada penurunan kualitas tim dan sistem rekrutmen klub. Kisah ini menjadi pelajaran penting bagi klub-klub lain bahwa peluang dan timing adalah faktor kunci dalam dunia transfer pemain. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita olah raga terbaru lainnya hanya dengan klik sportinlaw.com.