F1: Perhitungan Poin

Bagikan

Perhitungan Poin F1. Tentunya kita pasti pernah bertanya, bagaimana cara menghitung poin dalam setiap balapan Formula 1.

F1: Perhitungan Poin
Lima Besar pada klasemen F1 2024 sementara ini.

 

Ternyata, perhitungan poin Formula 1 itu berkembang dari masa ke masa. Penasaran bagaimana perkembangan sistem poin tersebut? Berikut adalah penjelasannya secara singkat.

1950-1959: 8-6-4-3-2 (+1 dari Putaran Tercepat)

Pada mulanya, hanya lima pembalap tercepat yang menyelesaikan balapan yang diberikan poin. Selain itu, pembalap yang mencatatkan Putaran Tercepat akan diberikan satu poin. Poin tersebut akan diberikan tanpa melihat posisi finis sang pembalap.

Poin yang dikumpulkan hanya akan menghitung hasil terbaik sesuai yang disepakati di awal musim. Contohnya, pada musim 1950, meskipun ada enam balapan, hanya empat hasil terbaik yang diambil. Ini membuat poin yang bisa dikumpulkan menjadi terbatas. Dengan mengambil contoh musim 1950 sebelumnya, satu pembalap hanya bisa mengumpulkan maksimal 32 poin. Padahal teorinya, satu pembalap bisa mengumpulkan 48 poin dari enam balapan.

1960: 8-6-4-3-2-1

Pada 1960, seiring bertambahnya jumlah pembalap, sistem poin pun diubah. Sekarang, pembalap yang finis di posisi enam pun mendapat satu poin. Namun, poin Putaran Tercepat yang ada di 10 musim pertama ditiadakan. Sistem perhitungan hasil terbaik masih berlaku.

1961-1990: 9-6-4-3-2-1

Sistem poin ini yang paling lama ada dalam sejarah F1. Pemenang balapan sekarang diberikan sembilan poin agar pembalap lebih mengejar kemenangan. Ini karena jarak pemenang balapan dengan posisi dua bertambah satu poin.

Sistem perhitungan hasil terbaik masih berlaku. Ini kemudian menimbulkan masalah pada 1964 dan 1988. John Surtees menjadi Juara Dunia 1964 setelah mengumpulkan hanya 40 poin. Rivalnya, Graham Hill, hanya mengumpulkan 39 poin, padahal, jika seluruh balapan dihitung, dia akan memperoleh 41 poin.

Hal yang sama terjadi di 1988, ketika Ayrton Senna menjadi Juara Dunia. Jika seluruh balapan dihitung, Senna hanya akan memperoleh 94 poin. Rivalnya, Alain Prost, mendapatkan 105 poin, namun hanya 87 poin yang terhitung di klasemen. Karena hal tersebut, Senna yang keluar sebagai Juara Dunia 1988.

F1: Perhitungan Poin
Ayrton Senna menjadi Juara Dunia 1988 meskipun Alain Prost mendapatkan poin lebih banyak.

 

1991-2002: 10-6-4-3-2-1

Untuk mengatasi peraturan tersebut, pada 1991, ketika sistem poin diperbaharui, seluruh poin yang didapatkan dihitung. Selain itu, pemenang balapan sekarang diberikan 10 poin.

Dengan hanya 60% poin yang didapatkan dari pemenang balapan untuk posisi dua, pembalap yang konsisten menang pun dapat melesat jauh. Ini dibuktikan di musim 2002. Ketika itu, Michael Schumacher yang dominan mendapat 144 dari 170 poin yang tersedia. Jarak kemenangannya saat itu 67 poin ke posisi dua, yang saat itu merupakan rekor jarak poin terjauh antara Juara dan Runner-Up satu musim F1. Karena alasan ini lah, sistem poin kemudian diubah kembali.

2003-2009: 10-8-6-5-4-3-2-1

Pada musim 2003, jumlah poin yang diberikan pun bertambah. Posisi dua sekarang diberikan delapan poin. Posisi tiga hingga delapan diberikan enam hingga satu poin. Ini berarti sekarang dalam satu balapan, ada delapan pembalap yang bisa mendapat poin. Tentunya ini bertambah dari enam pembalap yang bisa mendapat poin selama 43 tahun terakhir.

Hasil yang diharapkan pun terjadi, klasemen menjadi lebih kompetitif. Selain Schumacher pada tahun 2004 (yang memenangkan 12 dari 13 balapan pertama pada tahun tersebut), klasemen selalu ketat hingga setidaknya tiga balapan terakhir.

2010-Sekarang: 25-18-15-12-10-8-6-4-2-1 (Semenjak 2019: +1 dari Putaran Tercepat)

Pada musim 2010, F1 mengubah sistem poinnya ke yang kita kenal saat ini. 25 poin diberikan kepada pemenang, 18 poin kepada posisi kedua, 15 poin kepada posisi ketiga, dan seterusnya hingga posisi 10 yang mendapat satu poin. Dengan ini, berarti ada 10 pembalap yang bisa mendapat poin dalam satu balapan.

Pada 2019, sebuah aturan sampingan diperkenalkan. Untuk pertama kalinya semenjak 60 tahun lalu, poin diberikan kepada pembalap yang mencatatkan Putaran Tercepat. Namun, aturan khusus diberikan. Pembalap tersebut harus finis di 10 Besar balapan untuk bisa mendapat poin ini. Jika pembalap yang mencatatkan Putaran Tercepat tidak menyelesaikan balapan di 10 Besar, maka poin Putaran Tercepat ini hangus.

Kasus Spesial: Balapan Sprint

Mulai musim 2021, F1 memperkenalkan balapan Sprint. Balapan Sprint sendiri hanya mengambil sepertiga jumlah Putaran dalam sebuah balapan. Contohnya, pada GP Spanyol, ada 66 Putaran dalam satu balapan normal. Maka, balapan Sprint hanya akan ada 22 Putaran.

Pada musim 2021, poin dari balapan Sprint hanya diberikan ke Tiga Besar, dengan poin 3-2-1. Mulai dari musim 2022, poin akan didistribusikan ke delapan pembalap tercepat, dengan rincian 8-7-6-5-4-3-2-1.

Itulah cara setiap pembalap mengoleksi poin dalam sebuah balapan F1. Berikutnya, kamu tidak akan kebingungan lagi menghitung poin dari masing-masing pembalap.

Simak informasi olahraga terbaru secara lengkap di shotsgoal.com.